Sebuah stroke terkadang disebut juga sebagai “serangan otak”.
Penyebab stroke terjadi ketika
sebuah arteri ke otak terhambat atau pecah. Akibatnya aliran darah ke sebagian
area otak terputus sehingga sel-sel di otak tadi kekurangan oksigen dan glukosa
yang terdapat dalam darah. Jika terputusnya aliran darah tersebut hanya terjadi
dalam waktu singkat, sel-sel otak mungkin tertekan namun masih mampu untuk
pulih. Namun jika sel-sel ini tidak mendapat aliran darah tadi selama lebih
dari 3 sampai 4 menit, sel otak dapat mati sehingga mengakibatkan kerusakan
permanen pada otak. Pada beberapa kasus, ada beberapa fungsi di otak yang
hilang, namun area lain di otak dapat belajar untuk melakukan tugas yang
tadinya dilakukan oleh bagian otak yang rusak tersebut.
Terdapat dua jenis stroke:
1. Stroke iskemik: sekitar 80% kasus stroke merupakan stroke
iskemik. Tipe stroke ini terjadi ketika pembuluh darah di otak memiliki
gumpalan darah yang memutus aliran darah ke sel otak.
2. Stroke hemoragik (dibaca: hemorajik): merupakan 20% dari
kasus stroke yang terjadi, yang terjadi ketika pembuluh darah yang lemah yang
terdapat di otak, pecah. Ketika pembuluh darah tiba-tiba berdarah atau
mengalami perdarahan, jaringan di sekitarnya dapat menjadi rusak. Stroke
hemoragik adalah tipe stroke yang paling serius.
Faktor-Faktor Risiko Stroke
Bagaimana mengetahui apakah kita berisiko terkena stroke? Ada
dua jenis faktor risiko: terkontrol dan tidak terkontrol. Beberapa faktor
risiko stroke, seperti tekanan darah tinggi dan merokok, dapat dikontrol dengan
obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Sementara beberapa faktor risiko lainnya
seperti usia dan ras, tidak bisa diubah dan dikontrol.
Faktor risiko yang dapat dikontrol:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi): Tekanan darah tinggi, yang
didefinisikan oleh hasil pengukuran tensi 140/90 atau lebih tinggi, adalah faktor
risiko utama terkena stroke. Ketika darah mendorong dinding pembuluh darah terlalu
kuat, ini dapat melemahkan dinding pembuluh darah dan pada akhirnya menyebabkan
stroke.
Orang dewasa sebaiknya berusaha menjaga tensinya di kisaran 140/90
ke bawah, atau 130/80 ke bawah jika memiliki faktor risiko stroke lebih tinggi.
Pengukuran tensi yng ideal adalah 120/80 ke bawah.
2. Aterosklerosis: plak timbunan lemak dalam pembuluh darah
yang mengakibatkan penyempitan bahkan penyumbatan aliran darah di pembuluh
darah, tentu merupakan faktor risiko besar untuk terkena stroke.
3. Penyakit jantung: penyakit jantung koroner, gagal jantung,
jantung bengkak, dan penyakit-penyakit jantung lainnya menempatkan penderitanya
pada risiko stroke yang lebih tinggi jika dibanding dengan orang-orang yang
memiliki jantung yang normal.
4. Kolesterol tinggi: kelebihan kolesterol meningkatkan
risiko seseorang terkena penyakit jantung dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi
dapat menyebabkan penimbunan plak di arteri, yang dapat menghambat aliran darah
ke otak dan menyebabkan stroke.
5. Merokok: merokok merendahkan kadar oksigen dalam darah,
memaksa jantung bekerja lebih keras dan memudahkan kemungkinan pembentukan
gumpalan darah. Merokok juga dapat memperparah aterosklerosis. Menurut Asosiasi
Stroke Nasional (AS), para perokok memiliki risiko dua kali lipat ebih besar
dibanding orang yang tidak merokok.
6. Atrial fibrillation (AFib): gangguan ini, ditandai dengan
detak jantung yang tidak beraturan, membuat seseorang lima kali lipat lebih
besar kemungkinannya terkena stroke, menurut Asosiasi Stroke Nasional. Dengan AFib,
dua ruangan atas di jantung berdetak dengan cepat dan tak dapat diperkirakan,
memungkinkan darah menggenang di jantung. Darah yang menggenang dapay membentuk
gumpalan darah yang lalu mencapai otak dan menyebabkan stroke.
7. Diabetes: para penderita diabetes menghadapi risiko stroke lebih besar karena mereka
seringkali memiliki masalah kesehatan dan faktor risiko stroke lainnya, termasuk
tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.
8. Kegemukan atau obesitas: kelebihan berat badan, dibarengi
dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak, meningkatkan kemungkinan tekanan
darah tinggi atau diabetes.
9. Kelainan darah: kelainan darah seperti penyakit sickle
cell atau anemia parah, dapat menyebabkan stroke jika tidak ditangani.
10. Konsumsi alkohol berlebihan: beberapa riset telah
menghubungkan kelebihan konsumsi alkohol pada meningkatnya risiko stroke. Untuk
para perempuan, batasi asupan alkohol hanya sebanyak 1 gelas per hari; laki-laki,
dua gelas per hari.
11. Obat-obatan: obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan,
dapat meingkatkan risiko stroke. Pil KB menempatkan beberapa perempuan pada
risiko yang lebih besar untuk terkena stroke, khususnya jika usia mereka diatas
35 tahun atau memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, atau kolesterol tinggi, atau
jika para perempuan ini merokok.
Obat-obatan psikotropika seperti kokain, heroin, atau or
amfetamin, merupakan faktor risiko juga.
Faktor-faktor risiko yang tidak dapat dikontrol:
1. Usia: sebuah stroke dapat terjadi di usia berapa pun, bahkan
pada anak-anak, namun makin umum terjadi sejalan dengan usia yang tambah tua. Untuk
tiap pertambahan usia satu dekade sejak usia 55 tahun, kemungkinan terkena
stroke jadi meningkat dua kali lipat.
2. Jenis kelamin: Stroke lebih umum terjadi para laki-laki, namun
dari jumlah perempuan yang terkena stroke, setengahnya meninggal akibat stroke.
3. Ras: orang berkulit hitam (Afrika-Amerika) lebih mungkin meninggal
akibat terkena stroke dibanding
bangsa kulit putih, sebagian karena bangsa Afrika-Amerika memiliki risiko lebih
tinggi terhadap hipertensi, diabetes, dan obesitas.
4. Riwayat keluarga: risiko stroke meningkat jika orang tua,
kakek/nenek, atau anggota keluarga seseorang terkena serangan jantung di usia
muda.
5. Stroke atau serangan jantung sebelumnya: risiko terkena stroke
kedua lebih tinggi jika seseorang sebelumnya sudah pernah mengalami stroke atau
serangan jantung.
6. Serangan iskemik sesaat (Transient ischemic attack - TIA):
TIA, yang kadang disebut sebagai “stroke
mini,” bisa menjadi awal dari stroke iskemik. TIA merupakan cabang dari
penyumbatan sementara dari aliran darah ke otak. Gejala-gejalanya mirip dengan
gejala stroke yang sebenarnya, namun biasanya hanya berlangsung selama beberapa
menit atau jam, tanpa meninggalkan efek apapun. Namun ini merupakan tanda
peringatan serius. Menurut Institut Kesehatan Nasional (AS), hingga 33% dari
orang yang pernah mengalami “stroke mini” mengalami stroke yang lebih parah.
7. Keabnormalan arteri: kemungkinan terserang stroke hemoragik
meningkat jika seseorang memiliki aneurisme (bengkak di bagian dinding arteri
yang lemah) di dalam tengkorak.
8. Arteriovenous malformation (sebuah hubungan abnormal antar
arteri dan pembuluh vena) adalah faktor risiko lainnya bagi stroke hemoragik.
9. Fibromuscular dysplasia: dengan gangguan medis ini, beberapa
arteri berkembang secara tidak layak. Jaringan fibrous berkembang di dalam
dinding arteri sehingga membuat arteri jadi sempit. Akibatnya aliran darah yang
bisa melalui arteri tersebut jadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan stroke.
10. Patent foramen ovale (lubang di jantung): biasanya
kondisi ini tidak memiliki gejala, dan mempengaruhi sekitar 15% hingga 20% dari
semua orang. Namun seseorang dengan lubang di jantung, atau bukaan yang seperti
katup diantara 2 ruang atas di jantung, memiliki risiko stroke atau TIA yang
lebih besar. Sebuah gumpalan darah dapat melewati bukaan ini, sampai ke otak,
dan menyebabkan stroke. Mereka yang mengidap penyakit patent foramen ovale dapat
terkena stroke tanpa memiliki faktor risiko yang jelas.
Demikian info mengenai stroke
dan penyebabnya. Jika kamu merasa memiliki satu atau lebih dari faktor
risiko terkena stroke, konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat membantumu
mengelola faktor-faktor risiko yang kamu miliki dan mengembangkan rencana penanganan
jika memang diperlukan
No comments:
Post a Comment